Travelling with Kids
Sejak memiliki anak, saya dan
suami sepakat untuk secara rutin berpergian bersama paling nggak satu kali
dalam setahun dengan durasi liburan minimal satu minggu. Travelling merupakan
kesempatan buat kami as
working parents untuk punya
quality time mengurus anak-anak sekaligus reward untuk mereka. Banyak orang sekitar
yang suka komentar, "ngapain bawa anak travelling kan masih kecil ? mereka
ga akan ingat apa-apa, yang ada malah ribet".
Kalau Kami sih ga mikirin ya
komentar seperti itu, setiap orang punya pendapat dan punya pola
asuh masing-masing. Kami percaya, travelling bisa memberikan pengalaman, baik
budaya, kebiasaan dan (mungkin) teman baru atau sesederhana naik transportasi
atau makan makanan local yang tidak ditemui di Jakarta. Selain itu, travelling juga membantu pembentukan karakter
anak sekaligus semakin mempererat bonding anak dengan orang tua, pengalaman
saya, setiap pulang travelling pasti ada yang perubahan baik dari si anak, dan
ini juga dirasakan sama orang-orang rumah. Contohnya ketika kami pulang dari
Korea Selatan, waktu itu Kei berumur 20 bulan, sepulang dari sana, Akongnya
bilang kalau Kei lebih berani dan mandiri.
Susah ga sih travelling sama
anak-anak?
Biasanya kami travelling memang
hanya keluarga kecil, paling satu atau dua kali bersama keluarga karena memang
ada acara keluarga besar. Tapi memang kami memilih untuk liburan hanya berempat
aja, karena memang pengen bisa spend
time sama-sama.
Kei mulai travelling dari umur
6 bulan. Travelling pertama ketika kita ke Bandung naik mobil mengunjungi Oma
dan Opa. Kei naik pesawat umur 10 bulan ketika kita pergi ke Singapura. Kalau
Lou pertama kali travelling dan naik pesawat umur 3 bulan ke Pontianak dan
travelling ke naik mobil pas umur 14 bulan. Ditanya susah atau ribet ga bawa
anak-anak? Yang pasti memang ga segampang kalau pergi sendiri ya, tapi it’s very possible dan ga ribet. Kuncinya asalkan suami mau hands on bantu ngurus anak, semua akan
baik-baik aja J.
Papa dan Kei (8 bulan ) menunggu boarding ke Singapore, Oktober 2013
Mama dan Lou (7 bulan ) di Shibuya, Maret 2016
Kalau ditanya lebih mudah mana,
perjalanan dengan mobil atau dengan pesawat, susah juga menjawabnya ya. Ada pro
dan kontranya sih, kalau di pesawat, suami bisa bantu untuk mengurusi anak
selama perjalanan, tapi ruang gerak terbatas, belum lagi kalau anak cranky,
bisa mengganggu penumpang lain. Sedang kalau menyetir sendiri, pro-nya kalau
anak sudah mulai bosan bisa berhenti sebentar di jalan, ruang gerak juga lebih
nyaman. Kontranya, kadang kondisi jalan yang macet dan karena suami menyetir jadi saya suka kewalahan sendiri meladeni anak-anak. Nanti kapan-kapan saya bikin postingan tips menghibur anak selama perjalanan di pesawat atau di mobil.
Intinya sih semuanya bisa
diakalin, selama orang tuanya tenang (ga panik) anak-anak juga bisa santai,
karena energi orang tua tu berpengaruh ke anak. Dan perlu diingat tujuan kita
traveling buat senang-senang, jadi kalau dalam perjalanan ada yang ga sesuai
dengan itinerary, atau mood anak yang berubah-ubah, dinikmati saja. Semakin
besar anak-anak dan semakin sering membawa mereka travelling, perjalanan akan
semakin menyenangkan.
0 comments